Sekelumit tentang Film ‘Demi Waktu’ Lafran Pane Laskar Sibual buali Mengisahkan Pada Episode tertentu Kebaikan tidak Harus Berwujud Hanya Melalui Genggaman Satu Orang Saja. 

Terbaru, Tokoh197 Dilihat

ARTIKEL Parulian Nasution 

Film yang mengisahkan tentang Lafran Pane , Pahlawan Nasional, Sang pelopor terbentuknya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menghamparkan banyak hikmah inspiratif.

Beliau adalah saudara kandung Sanusi Pane,Armin Pane Pujangga dan Sastrawan terbaik yang dilahirkan di Sipirok Tapanuli Selatan tepatnya Desa Pangurabaan Lembah Sibual buali nan indah dan sejuk dengan panorama wisata yang yang menyenangkan.

Lagran Pane adalah anak dari Sutan Pangurabaan seorang guru dan wartawan yang memiliki media cetak sendiri demi perjuangan kemerdekaan Indonesia.Penulis  adalah orang yang di beri kepercayaan Bosnya kala itu SP untuk mendampingi para kruu film dan aktor lainnya agar semua proses berjalan dengan sukses yang pada saat itu juga hadir bang Akbar Tanjung,Baharuddin Aritonang dan Bomer Pasaribu. Mereka turut menyaksikan shooting perdana di bagas godang Sipirok dan juga diberbagai lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.Di tengah padatnya acara saya (penulis) masih sempat ajak diskusi ringan termasuk Budi Ates , Dimas Dkk.

Dari diskusi itu salah satu hal yang inspiratif diantara sekian banyak itu adalah saat Lafran menyerahkan tampuk kekuasaan dan kepemimpinan organisasi itu kepada pelopor pendiri lainnya, ikhlas tanpa didahului adanya propaganda,Issu, riak desakan, intimidasi, tarik menarik, apalagi intrik berlabel fitnah serta saling menjatuhkan sama sekali “Tidak pernah dijumpai itu”.

Jika etape pertama sukses dilalui, meraih keberhasilan meletakkan dasar dasar organisasi,”dengan mengedepankan latar belakang ke Indonesiaan, ke Islaman dan kemahasiswaan. Kemudian mengkonstruksi sistem keorganisasian, leadership, nilai dasar perjuangan, tafsir asas dan ketauhitan, Lafran tidak pernah memposisikan diri sebagai pemilik organisasi HMI.

Lafran Pane dapat saja melanjutkan keberhasilannya itu, bahkan jika dia mau, hingga ajal merenggut nyawanya terus memimpin organisasi itu. Orang orang disekitarnya besar kemungkinan tidak akan menolaknya.

LP memiliki kematangan emosional. Pancaran kematangan emosional seseorang dapat dilihat dari sejauhmana dia mempercayai orang lain dapat melakukan kebaikan sebagaimana yang dilakukan olehnya.

Kebaikan Dpat Dilakukan Oleh Siapa Saja

Melalui kematangan emosional itu, di dalam dirinya senantiasa teraktivasi simpul frekwensi wawasan etis, dikuatkan dengan nilai moralitas yang tinggi di dukung pola pikir sikap dan perilaku yang amat terpuji.

Praktek ketinggian dan keluhuran budi Lafran Pane ini, mengingatkan saya akan kisah romantis-melankolis filosof Denmark Soren, saat mendeskripsikan ketinggian cinta pada kekasih hatinya bagaikan Indahnya taman itu karena Bunga bunga yang harum semerbak mewangi.

Aku mencintaimu karena kelak ingin membuatmu bahagia, disisiku. Tapi, jika ada seseorang datang padamu, lalu dapat memastikan kebahagiaanmu berwujud, bukankah cintaku itu telah terwejawantahkan Melalui orang lain?

“Cinta tidak harus memiliki, pun kebaikan dalam cinta dan hidup tidak selalu diproduksi melalui genggaman sendiri.”

Karena itu senantiasa bisikan transmisi ke dalam diri untuk menyukupkan nikmat yang sudah diberi.

Jangan tunggu orang lain ungkapkan kata kata yang tendensius dan ambisius. Jika orang lain menyampaikan hal itu, lalu sadar dan mampu mengerem hasrat yang bergejolak, maka kebaikan yang dihasilkan dari sikap ini tidak berkualitas dan lebih mulia dibanding dengan tindakan yang diambil atas dasar bisikan etis dari dalam diri.

Pertentangan seringkali disepadankan dengan kata kontra yang bisa memunculkan pusat kesadaran yang tidak dapat disatukan karena suatu Perbedaan. Bukankan perbedaan itu hasanah teman dalam berpikir. Ketika warna hijau hitam putih kuning dan merah secara realitas tidak sama bahkan kontras tapi ingat di tengah keberagaman itu ada kategori yang dapat menyatukan “Warna’. Di tengah arena kongres seperti kongres HMI di Medan tahun 1983 ,kongres HMI di Padang tahun 1986 dengan dinamika yang sarat dengan kepentingan politik sehingga banyak teriakan yang mengatakan HMI dipersimpangan jalan artinya mau lanjut atau bubar, gesekan kongres HMI penuh intrik dan intimidasi malah ada tulisan HMI bukan “bagaikan bujang yang baru berkeris, lempar meja lempar kursi sedikit sedikit milo (Mahasiswa Interufsi Lobby Organisasi) hanya persoalan menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi sesuai dengan tuntutan undang undang keormasan yang menjadikan Pancasila sebagai satu satunya asas berorganisasi yang keren di sebut “Asas Tunggal”. Lafran Pane cukup sabar, piawi dan tidak pernah mau ngotot. Beliau tidak pernah menyebut kata kata “Saya pendiri organisasi ini”. Beliau lebih mengedepankan sikap penuh Tawaddu’, tidak pernah sombong dan tidak pernah Takabur, tetapi lebih mengedepankan Jejak “Khalid Bin Walid”

Subhanallah keteladananmu adalah inspirasi, aspirasi dan motivasi kami. Keteladananmu teramat langka di era millenial ini.

Semoga kedepan akan lahir generasi pewarismu dari Bumi Dalihan Natolu yang tercinta ini.

Sipirok Kota Pujangga

Sipirok Kota Wisata

Sipirok Kota Religi

Sipirok Kota Budaya

Sipirok Kota Agro

Sipirok Penuh Toleransi. (Penulis adalah Eksekutif Peradaban tinggal di Padangsidimpuan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *