ARTIKEL Drs Parulian Nasution, MM
Hari ini di Negeri Mekkah, berkumpul jutaan manusia dari seantero bumi untuk satu ritual berhaji. Tak terkecuali Jama’ah Haji Tabagsel. Begitu massalnya jumlah manusia sejagat ini hingga ada yang mengusulkan sebagai salah satu Hari besar “Kemanusiaan Internasional.”Inilah momentum berulang untuk mengenang perjuangan Nabi Ibrahim AS. Banyak pelajaran , tapi kita ambil beberapa saja.
Dari sejarah, terlihat bagaimana Ibrahim kecil hidup dalam masyarakat yang bertuhankan batu. Dan pemahat batunya adalah ayahnya sendiri. Sementara, Ibrahim ditugaskan menjual patung batu atau “Tuhan” keseantero pelosok negeri. Tentu saja dilakoninya dengan perasaan tidak senang.
Setelah melalui peringatan yang lama, beliau akhirnya menghancurkan semua “Tuhan” buatan umatnya. Kemudian, “Disisakan patung terbesar dan dikalungi kampak. ” Ketika di tuduh, “beliau mengatakan patung terbesarlah sebagai pelakunya.”
Kalimat itu mengilhami
Ibrahim sedang membenturkan “nalar ilmiah dengan keyakinan sesat penguasa dan masyarakatnya.” Mereka berkata mengapakah kamu menyuruh kami bertanya kepada patung padahal patung itu tidak bisa bicara. Ibrahim berseru, “Kalau patung tidak bisa bicara, mengapa kamu menyembahnya.” Logika dan kecerdasan Intelaktual Ibrahim dipertaruhkan. Namun, “logika tidak lagi mempan terhadap keyakinan.”
Ahkirnya, “Pengadilan api unggun partisipatif diterima Ibahim. Partisipatif, karena semua rakyat mengambil bagian membawa kayu bakar. Namun, Ibrahim tidak terbakar, atas izin Tuhan.” Terbukti bahwa keyakinan adalah soal nilai yang tidak mudah dirubah dengan logika scientifik.
Seorang ahli prilaku asal Jerman “Daniel Katz”, membagi manusia pada empat tingkatan dan di antara yang paling sulit berubah adalah tingkatan “value expressive attitude”. Mereka ini akan sangat kuat memegang nilainya walaupun kebenaran telah nampak di depan mata. Al-quran mengategorikan mereka “sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka ini tidak akan beriman.”
Selain sebagai orang yang menemukan “Konsep Ketuhanan”, Nabiyullah Ibrahim juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu duniawi demi memenangkan kecintaannya kepada ” Sang Kuasa”. Fragmen ketaatan dan keikhlasannya menyembeli Ismail sebagai anak yang diidamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada pemilik jagat raya, Allah SWT.
Dua hal, penemuan ke-Esaan Allah dan penyembelihan anak merupakan satu perlambang garis batas yang memisahkan kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan. Penyembelihan Ismail yang diganti dengan hewan, pertanda tidak boleh lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia . Inilah konsep Antroposentris dalam dunia ekologi, yaitu mendahulukan kepentingan manusia dari hewan. Dan, karena mengutamakan kepentingan manusia itulah, maka hewan harus dilestrarikan.
Bayangkan bila tidak ada lagi hewan, domba,kambing,sapiapa lagi yang bisa kita korbankan sebagai bagian dari ritual keagamaan Idul-adha ,karena itu Ternak Tabagsel khususnya Padang bolak Area terus di Jaga agar keberlanjutan dan Kelestarian Budi daya Ternak terus di jaga dan ditingkatkan agar lebih produktifitas semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Karena memang Pengaruh Psykologi Qurban itu terhadap semangat Jihad yang bermakna Ibadah untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa kita.
Semoga Pewaris Amanah Tabagsel ke depan bisa mengentaskan Kemiskinan untuk Bangkit menjadi Daerah yang Baldatun Toyyibatun wa Rabbul gafuur.Selamat Idul Adha Maaf Lahir Bathin, “Dengan semangat Berqurban senantiasa kita Berpegang Teguh Kepada Agama Allah dan Jangan Bercerai berai.”
Di tulis sambil menikmati indahnya suara dan merdunya hujan di pagi Ahad ini.Semoga Keampunan dari Allah menyertai kehidupan kita. Selamat Berjuang Jaga Kesehatan dan Yakin Usaha Sampai.
=====
(Penulis adalah PNS Eksekutif Peradaban tinggal di Padangsidimpuan)
======