Menuju Provinsi Sumteng (KEK Batahan Sebagai Pusat Perdagangan Dunia)

Berita Utama, Opini1242 Dilihat

ARTIKEL : Dr. Suheri Harahap, M. Si

Tentang Islam masuk ke Tapsel perlu terus dikaji secara ilmiah, bukti artefak, arkeologi, sejarah manusia secara antropologi, adanya bagas godang, makam, heritage dll bukti adanya unsur-unsur kebudayaan. Bagaimana sejarah Kerajaan dan sejarah masuknya Islam di Tapanuli Selatan sebuah korelasi dengan Propinsi Sumatera Tenggara yang beribukota di Padangsidimpuan dan pusat perdagangan industri yang direncanakan di Batahan, Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal.

Apa terjadi dalam sejarah, lihatlah Islam masuk lewat Perang Padri (Sumarera Barat/Minang Kabau). Tuangkan Rao, dan banyak melibatkan Raja-Raja yang masuk Islam, Raja-Raja ikut Belanda (sekitar tahun 1830-1900, dan Tuanku Tambusai, Tuanko Rao saat Perang Padri, masuk ke Tapanuli Selatan. Apa korelasi hubungan Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat dengan Kerajaan Mandailing dan Angkola. Sejarah Islam di Tapsel dan Mandailing. Menurut Abbas Pulungan dalam riset tentang Mandailing adalah daerah yang kuat Islam dan Angkola yang kuat adat istiadat.

Menuju Pemekaran Sumteng, salah satu faktor pendorong kemajuan pembangunan di Tabagsel adalah faktor kesejarahan. Faktor sejarah Angkola harus digali sebagai identitas kedaerahan (Etnis Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan) dan juga Mandailing (Etnis daerah Kabupaten Mandailing). Pembangunan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh akar historis manusianya. Antropologi manusia di Tabagsel yang terus menerus berkembang lewat kemajuan pembangunan mulai dari zaman pra sejarah, tradisonal sampai zaman modern dan post modern (era Revolusi Industri 4.0). Mengingatkan kita pada sejarah awal penyebaran agama dan masuknya saudagar India mendirikan candi di Bahal (juga ada di Padang Lawas Utara) dan Madina, juga sejarah saudagar dari Timur Tengah, ada dari Yaman yang masuk lewat Pantai Barat Sibolga (Makam Mahligai di Barus) sebagai simbol perdagangan dunia hasil rempah-rempah.

Menarik untuk terus meneliti daerah Pantai Barat, dimana pintu keluar masuk barang lewat kapal laut. Semoga konsep pemekaran ini dapat membuka kembali jalur perdagangan lewat Pantai Barat dengan membangun fasilitas di KEK (Kewasan Ekonomi Khusus) Batahan. Harapan masyarakat Tabagsel lewat Pemekaran Sumatera Tenggara dan juga Pemekaran Mandailing Pesisir (Mesir) terbuka potensi-potensi alam yang bisa digali seperti tambang emas, gas bumi, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menuju kawasan EBT (Energi Baru Terbarukan) sangat potensial untuk kemajuan daerah Tabagsel. Masyarakat Tabagsel perlu mendukung percepatan pembangunan lewat pemekaran.

Disamping itu juga perlu memperjuangkan hak-hak masyarakat atas eksistensinya sebagai penduduk asli mendapatkan konsesi dari perusahaan yang ada di Tabagsel yang bersuku Angkola di Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Paluta, Palas (bersuku Angkola atau suku Padang Lawas) serta Mandailing bersuku Mandailing dan Natal (Mandailing Pesisir) bersuku Pesisir (Mandailing-Pesisir). Bahwa persoalan akar konflik kedepan akan dipicu bukan faktor agama dan etnis tapi didominasi oleh faktor ekonomi, politik, sosial budaya. Kedepan diharapkan kehadiran Pemekaran Sumteng terlihat antarkabupaten/kota menguatkan lewat BUMD. Potensi daerah Tapsel sebagai kabupaten induk sangat strategis mendorong lahirnya Pemekaran ini.

Ini ikhtiar kemajuan pembangunan pada konteks sosial-budaya-sosial ekonomi, dan sosial-politik sesuai dengan konteks historisTapsel (dulu) dan Tabagsel (Sumteng kedepan menuju tahun emas 2045).

(Penulis adalah Dosen UIN SU Medan/Putra Tapsel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *