Memaknai Tahun Baru Islam dan Pilkada Tahun 2024

Artikel: Parulian Nasution

Adakah Hikmah Tahun Baru Islam bila dikaitkan dengan Pilkada 2024? Tentu, dengan berbagai persepsi akan bermunculan di balik otak yang ingin berpikir untuk memikirkan sesuatu yang belum terpikirkan.

Hikmah yang dapat dipetik dalam pemikiran memperingati Tahun Baru Islam bisa dilihat dari inisiasi dan akselerasi pemikiran dalam menentukan titik panduan penanggalan dalam Islam. Tentu, Tahun Baru Hijriah memiliki kisah yang sangat inspiratif, sampai pada aspek politik bahkan sistem ketatanegaraan suatu bangsa, dengan pesan-pesan yang mencerahkan.

Kita coba kajian ini dari berbagai sudut pandang tentang hal-hal sebagai berikut: Pertama, kerangka dasar moral-religius tapak perjalanan peradaban satu kaum. Kedua, deliberasi. Dikatakan sebagai kerangka dasar moral-religius tentang tapak perjalanan peradaban karena kesadaran penetapan tahun baru hijriyah berlandaskan pada spirit.

“Hijrah dari situasi ke bathil ke keadaan yang Haq”.

Ucapan Khalifah Umar bin Khatab tercatat sebagai berikut, “Hijrah memisahkan yang hak dan batil. Jadikan ia sebagai pedoman tahun penanggalan”. Keputusan ini menjadi dasar penetapan tahun hijrah sebagai tahun pertama dalam kalender Hijriah.

Kemudian dari itu, disebutkan bahwa penetapan tahun hijriyah mengirim inspirasi deliberasi terhadap politik ketatanegaraan, karena pengambilan keputusannya dilakukan setelah melalui forum dialektika yang argumentatif-bersahaja yang dipimpin oleh Khalifah Umar Bin Khatab.

Nah, jika hikmah politik-ketatanegaraan dibalik penetapan tahun baru hijriyah seperti digambarkan, maka deautentifikasinya atas Pilkada serentak 2024. “Adalah logis harus jauh dari praktik kebathilan, jauh dari gesekan yang mengarah pada penjualan isu dan propaganda yang mengarah pada fitnah, dengki, dan khianat”.

Tentu harus hijrah pada politik yang berperadaban dengan lebih mengedepankan pemasaran program dengan dinamika politik yang lebih demokratis untuk kepentingan rakyat, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Karena itu harus taat norma, etika, dan nilai moral sehingga hijrah pada pendidikan politik rakyat yang bermuara pada kesejahteraan rakyat bukan kesejahteraan penguasa dan kekuasaan.

Meski hukum kekekalan dalam pemilu adalah memicu spaning, lalu bereskalasi menciptakan gerak lingkar sentrifugal yang bikin pusing, mual, muntah, serta sangat potensial hadirkan keadaan tak menentu, tapi pastikan bahwa serangan “henti cerdas” tidak boleh efektif bekerja. Harus tetap jaga kewarasan. Hanya dengan kewarasanlah kebathilan akan dapat diminimalisir…

“Kewarasan harus selalu dirawat”

Dan dalam merawat kewarasan diperlukan space deliberasi, agar demokrasi menjadi sehat. Ada yang memberi penilaian bahwa pemilu yang sudah berlangsung telah menggambarkan tentang demokrasi.

Saya tidak punya bukti yang kuat untuk mengatakan “tidak”, hingga jumpa dengan perspektif kategori yang membagi demokrasi pada, “good democracy dan bad democracy, atau bahkan blood democracy”. I do hope, semoga pilkada serentak 2024 mampu menyerap hikmah dibalik perayaan Tahun Baru Islam.

Selamat Tahun Baru Islam, Maaf Lahir Batin. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dengan penuh berkah dan rahmat agar kita menjadi hamba-Nya yang taat yang mengedepankan semangat iman, ilmu, dan amal, iman Islam dan ikhsan. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa. “Yakin, usaha sampai”.

=====

(Penulis adalah Eksekutif Peradaban tinggal di Kota Padangsidimpuan).

=====

geraimedia.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, merupakan pendapat pribadi/tunggal) penulis, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto penulis (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]

Editor
Ikhwan Nasution

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *