GERAI MEDIA.COM-JERUSALEM. Seringnya kepulan asap akibat pencegatan rudal di Israel utara dan tembakan dari serangan udara di Lebanon selatan adalah tanda-tanda kekhawatiran bahwa perang Gaza dapat meluas menjadi konflik yang lebih luas, yang menurut para analis menimbulkan risiko bagi Israel.
Ancaman kuat pada hari Rabu dari Sayyed Hassan Nasrallah,
Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, pada Rabu (19/6/2024), mengancam tidak ada tempat di Israel yang aman jika terjadi perang. Bahkan Siprus dan wilayah Mediterania lainnya akan berada dalam bahaya.
Hizbullah telah menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya di Palestina, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada bulan Oktober. Hal ini memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di Israel. Tekanan politik meningkat untuk mengambil tindakan yang lebih keras.
Puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.
Khawatir dengan risiko perang yang dapat menyebar ke seluruh kawasan, Presiden AS Joe Biden mengirimkan utusan khususnya Amos Hochstein untuk memulai diplomasi minggu ini. Menteri Luar Negeri Antony Blinken meminta para pejabat Israel untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Pada Kamis (20/6/2024), jet Israel menyerang sasaran di Lebanon selatan dan membunuh seorang pejuang Hizbullah yang diidentifikasi sebagai komandan operasi kelompok tersebut di wilayah Jouaiyya. Hizbullah mengakui pembunuhannya tetapi tidak mengidentifikasi dia sebagai komandannya. Setelah jeda singkat selama liburan Idul Fitri, Hizbullah menembakkan puluhan rudal ke Israel.
“Tidak ada pilihan yang baik, namun pertanyaan besarnya adalah, seberapa besar penderitaan Israel akibat serangan ini?” kata mantan pejabat di Dewan Keamanan Nasional Israel, Orna Mizrahi.
“Saya rasa sebagian besar negara tidak benar-benar ingin terlibat dalam perang, namun mungkin saja kita sedang menuju ke sana.”(int).
