Eksplorasi Hutan Batang Toru Tapsel: Nasib Spesies Langka Terancam

Berita Utama, Daerah377 Dilihat

GeraiMedia.Com-Tapsel. Eksplorasi di hutan Batang Toru, Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut) mengancam keberlangsungan spesies langka. Habitat orangutan, harimau Sumatera, burung rangkong, dan burung langka lainnya semakin tergerus.

Eksplorasi seperti pertambangan, perkebunan, dan pembangunan lainnya semakin memperburuk kerusakan alam Batang Toru serta memberikan dampak signifikan dan langsung terhadap keseimbangan ekosistem dan makhluk hidup di dalamnya.

Pada Januari 2024 lalu, salah satu perusahaan pertambangan emas, PT Agincourt Resources, mengumumkan perluasan wilayah eksplorasinya ke bagian utara yang diduga tumpang tindih dengan Area Utama Keanekaragaman Hayat Batang Toru.

Eksplorasi ini dikhawatirkan akan merambah wilayah konservasi dan membahayakan keberlangsungan spesies-spesies kunci, seperti orangutan, harimau Sumatera, burung rangkong, dan burung lainnya yang populasinya kini dalam kondisi kritis atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rian Purba, kepada media, Selasa (20/8/2024) mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap aktivitas perusahaan Agincourt Resources di kawasan Batang Toru dan menurutnya hal ini memerlukan perhatian serius.

Dalam data yang diperoleh Walhi, wilayah kontrak kerja Agincourt Resources seluas 30.629 hektar tumpang tindih dengan kawasan hutan lindung di tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Tentunya, kata Rian, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kerusakan ekosistem dan degradasi lingkungan di kawasan hutan yang seharusnya dilindungi.

Rian menambahkan bahwa sebanyak 27.792 hektar wilayah kerja Agincourt tumpang tindih dengan Ekosistem Batang Toru, yang merupakan salah satu ekosistem kritis di Indonesia.

“Aktivitas pertambangan di wilayah ini dapat mengancam kelestarian ekosistem yang penting bagi keseimbangan lingkungan dan keanekaragaman hayati,” sebutnya.

Rian juga menjelaskan bahwa ancaman terhadap habitat spesies langka dan spesies kunci cukup jelas, karena wilayah kontrak kerja Agincourt mencakup hutan primer yang menjadi habitat orangutan Tapanuli dan spesies langka yang terancam punah.

Ekosistem Batang Toru juga menjadi habitat harimau Sumatera dan trenggiling, yang keduanya berstatus kritis. Kehadiran perusahaan di wilayah ini berpotensi mengancam kelangsungan hidup mereka.

Walhi merekomendasikan agar dilakukan moratorium pemberian izin baru bagi industri ekstraktif di kawasan Ekosistem Batang Toru. Selain itu, izin-izin yang sudah ada harus dievaluasi secara menyeluruh untuk memastikan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.

“Rekomendasi ini bertujuan untuk melindungi Ekosistem Batang Toru yang sangat penting bagi keseimbangan ekologi, kelangsungan hidup spesies langka, serta kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya,” jelasnya.

Sementara itu, Manager Program Yayasan Time Sumatera Indonesia, Syaiful Anwar Harahap, mengatakan bahwa hal ini jelas sangat berimbas pada ekosistem hutan Batang Toru yang dinilai sangat penting bagi spesies langka dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Sehingga, lanjut Anwar, menjadi perhatian khusus bagi semua pihak terhadap keberadaan satwa-satwa kunci, seperti orangutan dan harimau Sumatera, mengenai keberlangsungan habitatnya, pakannya, dan jelajahnya di hutan Batang Toru.

“Jika PT Agincourt Resources terus memperluas area tambangnya, maka akan mempersempit luasan habitat satwa-satwa kunci yang berada di dalam hutan Batang Toru,” sebut Anwar.

Anwar menjelaskan bahwa salah satu dampak yang dikhawatirkan dari perluasan kawasan tambang PT Agincourt Resources adalah akan terjadi konflik antara manusia dan satwa-satwa yang berada di hutan Batang Toru.

Dari situasi ini, lanjutnya, dikhawatirkan manusia akan memberikan respons berlebihan, sehingga konflik ini menjadi pemicu tingginya angka kematian satwa-satwa kunci tersebut.

“Maka dari itu, dibutuhkan penguatan perlindungan ekosistem hutan Batang Toru dan perlu dilakukan peninjauan kembali atau upaya pengelolaan berkelanjutan Landscape Batang Toru yang melibatkan semua pihak,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *